Sabtu, 11 April 2020

Maksud dan Arti Lebaran Ketupat dalam Masyarakat

Apa itu lebaran ketupat? Tentu pernah dengar istilah ini kan? Tapi, apa bedanya lebaran ketupat dengan istilah lebaran tanpa kata ketupat? Tentu masing-masing wilayah memiliki tradisi yang berbeda meskipun mirip dan untuk merayakan suatu keagungan yang sama.

Lebaran seperti telah kita ketahui bersama adalah istilah yang spesifik untuk menyebut Hari Raya umat Islam setelah melaksanakan ibadah Ramadan, tepatnya jatuh pada tanggal 1 Syawwal berdasarkan almanak (penanggalan) Hijriah, yaitu penanggalan yang mendasarkan perhitungannya pada rotasi bulan terhadap bumi.

Istilah lebaran juga dipakai untuk menyebut hari raya yang lain, jika dirangkai dengan kata yang lain. Misalnya ada lebaran haji untuk menyebut hari raya Iduladha atau hari raya kurban. Juga ada istilah lebaran ketupat. Ada istilah lain yang juga menggunakan kata lebaran yaitu lebaran kuda. 

Lebaran kuda adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak mungkin. Misalnya: Kamu mau beli mobil? Nunggu lebaran kuda? Kata lebaran kuda pada kalimat tersebut menunjukkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Arti Lebaran Ketupat

Di sebagian besar wilayah Jawa, yang dimaksud dengan lebaran ketupat (dalam bahasa Jawa: riyoyo kupat atau disebut juga kupatan) adalah peringatan yang dimaksudkan untuk merayakan akhir puasanya orang-orang yang sedang berpuasa Syawwal. Puasa di bulan puasa merupakan sunnah, yang dilaksanakan pada tanggal 2 Syawal hingga 7 Swawal selama enam hari.

Meskipun tidak semua orang berpuasa sunnah, tetapi orang yang tidak berpuasa pun ikut merayakan lebaran ketupat. Dalam kepercayaan masyarakat, barang siapa ikut merayakan lebarannya orang yang berpuasa sunnah berharap juga mendapat barakah dari orang yang melaksanakan puasa sunnah Syawal.

Berbeda dengan lebaran dan lebaran haji  yang dirayakan dengan salat id di masjid dan didahului dengan malam takbir, lebaran ketupat 'hanya' merupakan tradisi, maka cara perayaannnya yaitu dengan tradisi Indonsesia (Jawa) yaitu dengan kenduri di lingkungan masing-masing.

Masing-masing orang (bapak-bapak dan kaum laki-laki) pada pagi hari berbondong-bondong ke musala atau salah satu rumah warga yang digunakan tempat kenduri bersama dengan membawa makanan. Makanan dikumpulkan di bagian tengah musala, kemudian dipimpin oleh ustaz atau yang dituakan bersama-sama membaca zikir, dan kalimah tayibah lainnya dan diakhiri dengan doa. Setelah berdoa, makanan yang dibawa diambil kembali dengan cara saling ditukar.

Sebagian orang nyangu (membawa) sendok dari rumah. Sendok digunakan untuk memakan ketupan yang biasanya dimakan dengan opor ayam. Sebagian lain memilih makan di rumah masing-masing.

Jadi, lebaran ketupat adalah sebagai 'tanda' bahwa orang yang sedang puasa sunnah syawwal sudah selesai. Sebagian lagi menganggap bahwa, lebaran ketupat  adalah tanda bahwa rangkaian lebaran idulfitri telah selesai.

Yang sekolah kembali ke sekolah, yang bekerja kembali bekerja (biasanya yang merantau juga kembali ke tempat perantauan), yang menggarap sawah juga kembali menggarap sawah dengan intensif.

Tetapi, akhir-akhir ini seiring berkembangnya era idustrialisasi, orang masuk kerja tidak menunggu selesai lebaran ketupat. Bahkan ada yang hanya cuti kerja sehari, dua hari, bahkan ada yang tidak cuti.

Mengapa Ketupat dan Mengapa disebut Lebaran Ketupat

Sebenarnya dalam lebaran ketupat yang ada dalam masyarakat suguhannya tidak hanya berupa ketupat. Ketupat biasanya juga ditemani oleh lepet, dan lontong.

Kupat atau ketupat adalah rebusan nasi yang dibungkus dengan anyaman yang terbuat dari janur (daun kelapa yang masih muda berwarna kuning).

Lepet adalah rebusan nasi ketan yang dibungkus dalam wadah yang terbuat dari lilitan janur yang berbentuk tabung.

Lontong adalah rebusan nasi yang dibungkus dengan daun. Jadi, bedanya lontong dan ketupat hanya terletak pada perbedaan wadahnya saja. Cara membuat dan isinya sama saja.

Penjelasan Filosofis

Ketupat yang dalam bahasa Jawa disebut kupat merupakan istilah yang diyakini berasal dari bahasa Arab Kaffah (variasi pembacaannya adalah: kaffatan) yang artinya sempurna atau menyeluruh. Maka kupat mengandung nilai kesempurnaan manusia dalam melaksanakan ajaranNya. 

Lepet mengandung makna filosofis lepat. Dalam bahasa Jawa lepat berarti: salah. Jadi, mengandung makna saling memaafkan kesalahan di antara sesam manusia. Juga mengandung ajaran untuk menyadari kesalahan diri sendiri dan meminta maaf kepada Tuhan.

Penjelasan Teknis

Secara teknis, Kutupat alias kupat dan lontong dipilih karena tahan lama, tidak mudah basi. Bahkan bisa bertahan hampir seminggu jika rebusannya sempurna. Bandingkan dengan nasi yang hanya bertahan sehari semalam sebelum basi dan tidak bisa dimakan.

Jika dimasak dalam bentuk ketupat dan lontong, bisa bertahan lama dan bisa dibawa sebagai bekal meskipun bekerja di tempat yang jauh. Juga bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama untuk disuguhkan kepada tamu.

Alasan teknis yang kedua, ketupat dipilih dalam lebaran ketupat karena orang 'sudah bosan' dengan makanan lebaran idulfitri yang biasanya itu-itu juga. Maka, untuk menyiasati kebosanan menu, maka dibuatlah lontong dan ketupat yang bisa dimakan dengan opor.

Ketupat dan lontong juga enak dimakan dengan rujak pedas. Maka, tak jarang, setelah hari raya orang lebih suka membuat rujak untuk makan. Sayur dan lauknya berupa rujak, kemudian sumber karbohidratnya adalah ketupat dan lontong.

Demikian sedikit penjelasan tentang ketupat dan lebaran ketupat, jika di wilayahmu, apa yang unik dari lebaran ketupat?