Senin, 20 April 2020

Revolusi Rusia

Revolusi Rusia
Pada permulaan abad ke-19, keadaan Rusia masih terbelakang dibandingkan Negara-negara Eropa disekitarnya. Masyarakat Rusia pada saat itu terbagi menjadi 2 golongan, yakni tuan tanah (bangsawan) & petani (rakyat jelata). Pada saat itu adalah negara bersifat agraris. Sebagian besar penduduknya merupakan petani miskin yang wajib tunduk kepada tuan tanah, bahkan menjadi budak dari tuan tanah. Status petani sebagai budak tuan tanah ini diatur dalam Undang-Undang Perbudakan Rusia yang disahkan oleh Tsar Alexis I pada 1646. Perbudakan dihapuskan pada 1861 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Emansipasi (Emancipation Edict) oleh Tsar Alexander II.
 keadaan Rusia masih terbelakang dibandingkan Negara Revolusi Rusia
Isi undang-undang;
  1. Perbudakan dihapuskan.
  2. Petani bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya.
  3. Negara membayar uang kerugian kepada tuan-tuan tanah pemilik budak.
Meski telah dikeluarkan undang-undang itu, kondisi kehidupan petani belum juga mengalami kemajuan, hal ini nampaknya disebabkan oleh kepala mir (kepala desa) yang lama kelamaan bertindak seperti tuan tanah & memperkaya diri sendiri. Pada 1906 (masa pemerintahan Tsar Nicholas II), sistem mir dihapuskan oleh Menteri Stolypin. Tanah diberikan kepada pemilik sehingga dari pekerjaannya seorang petani dapat memperoleh hasil.

Menjelang terjadinya revolusi, muncul 2 aliran kaum terpelajar di Rusia, yakni aliran Slavia & aliran Barat. Aliran Slavia ingin membangun Rusia atas dasar kultur Slavia di mana negara dianggap sebagai badan moral. Aliran ini kemudian menjadi pendekar paham autokrasi, ortodoks, nasionalisme & memunculkan gerakan Pan Slavisme. Adapun aliran Barat ingin membangun Rusia berdasarkan konsepsi Barat di mana negara dianggap sebagai badan politik belaka yang digunakan untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Latar belakang Revolusi Rusia
Sejak kekalahannya dalam perang melawan Jepang pada 1905, bayangan revolusi selalu tampak di Rusia. Berbagai gerakan rakyat menentang pemerintah ditindas dengan kekerasan senjata. Gerakan tersebut bersifat sporadis & seberapa pun usaha pemerintah untuk menindasnya, gerakan-gerakan serupa selalu muncul. Akhirnya, revolusi sungguh-sungguh terjadi di tengah Perang Dunia ketika Rusia mengalami kekalahan-kekalahan besar.

Sebab-sebab terjadinya revolusi;
  1. Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner. Ketika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak politik bagi warga negaranya, Tsar Nicholas II tidak ingin melakukan hal yang sama. Ia memang mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia), namun keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma dilakukan dengan pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat & rekomendasi Duma kepada Tsar tidak pernah dihiraukan.
  2. Susunan pemerintahan Tsar yang buruk. Pemerintahan pada masa Tsar Nicholas II tidak disusun secara rasional, melainkan atas dasar favoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap untuk pemerintahannya, orang-orang yang dipilihnya untuk jabatan-jabatan pemerintahan hanyalah orang-orang yang disukainya. Dalam hal ini, Nicholas II sangat dipengaruhi oleh istrinya, Tsarrina Alexandra. Alexandra sendiri sangat dipengaruhi oleh seorang biarawan yang menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan, Grigori Rasputin. Alexandra & Rasputin adalah orang-orang yang sangat kolot & benci terhadap segala macam paham baru.
  3. Perbedaan sosial yang mencolok mata Kondisi kehidupan antara kedua golongan masyarakat di Rusia pada masa itu sangat jauh perbedaannya. Tsar & para bangsawan hidup mewah & kaya raya, sementara rakyat, terutama petani & buruh, sangat miskin & sengsara. Bangsawan juga memiliki berbagai macam hak yang tidak dimiliki rakyat, bahkan banyak hak rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah dihapuskan, para bangsawan tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Persoalan tanah. Perubahan kebijakan agraria oleh Menteri Stolypin pada 1906 hanya menghasilkan perubahan tanah-tanah mir menjadi milik perseorangan anggota mir. Di luar mir, masih banyak tanah berukuran luas yang menjadi milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil (buruh tani). Para buruh tani ini lalu berusaha menuntut tanah yang seharusnya menjadi miliknya.
  5. Adanya aliran-aliran yang menentang Tsar Dalam revolusi pada 1905, aliran-aliran yang menentang Tsar dapat ditindas, tetapi tidak lenyap. Mereka melakukan gerakan bawah tanah & mengumpulkan kekuatan sambil menunggu kesempatan untuk kembali muncul. Aliran-aliran tersebut sebagai berikut. 1) Kaum liberal yang disebut Kadet (Konstitusional Demokrat). Aliran ini menghendaki Rusia menjadi kerajaan yang berundang-undang dasar. 2) Kaum sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialis serta pemerintahan yang modern & demokratis. Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner & terbagi lagi atas dua aliran: Mensheviks (moderat / sosial demokrat) & Bolsheviks (radikal, kemudian berkembang menjadi partai komunis). Golongan Mensheviks dipimpin oleh Georgi Plekhanou yang kemudian digantikan oleh Kerensky. Adapun golongan Bolsheviks dipimpin oleh Lenin & Trotsky.
  6. Kekalahan perang. Ketika melibatkan diri dalam Perang Dunia I, sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena terikat & terseret oleh perjanjian-perjanjiannya dengan negara-negara lain, terutama yang tergabung dalam Triple Entente. Keikutsertaan Rusia dalam Perang Dunia I mendapat sambutan dingin dari rakyatnya. Peperangan yang tidak didukung oleh rakyat tentu menghasilkan kekalahan. Kekalahan-kekalahan besar Rusia (pertempuran di Tannenberg & di sekitar danau-danau wilayah Masuri) semakin mengecewakan hati & melenyapkan kepercayaan rakyat kepada Tsar. Rakyat mulai jemu pada peperangan & menginginkan kedamaian.
  7. Ancaman bahaya kelaparan. Lima belas juta warga Rusia dimobilisasi untuk perang. Kesejahteraan mereka harus dijamin penuh oleh negara. Sementara, banyaknya orang yang dikirim ke medan perang berakibat kurangnya tenaga kerja, baik dalam bidang industri maupun pertanian. Macetnya industri & pertanian ini menimbulkan bahaya kelaparan sebab kurangnya bahan makanan. Perekonomian negara pun menjadi sangat kacau.
Proses Jalannya revolusi
Revolusi Rusia yang berlangsung pada 1917 terbagi dalam 2 fase.
a. Revolusi Februari 1917
Revolusi ini dimotori oleh orang-orang Kadet, Mensheviks, & Bolsheviks. Tujuannya adalah untuk menggulingkan Tsar. Revolusi dimulai di Petrograd (sekarang Leningrad) berupa demonstrasi yang menuntut turunnya Tsar, diikuti oleh pemogokan di perusahaan-perusahaan. Tentara yang diperintahkan menembaki para pemogok & demonstran berbalik menembaki opsir-opsirnya sendiri. Revolusi berdarah pun meletus. Tsar ditawan & dipaksa turun takhta.
Usai revolusi, pemerintahan sementera dibentuk. Kaum Kadet memegang pimpinan. Namun, kaum Kadet tidak mengadakan perubahan-perubahan yang sesuai seperti tuntutan rakyat. Alasannya adalah kekhawatiran bahwa perubahan-perubahan itu hanya akan menambah kacau keadaan. Kaum Mensheviks dipimpin Karensky lalu menggulingkan kaum Kadet & memegang pimpinan pemerintahan. Program kaum Mensheviks adalah, pertama-tama, menjunjung kembali kehormatan Rusia yang telah merosot karena kekalahan-kekalahan dalam perang, & kemudian baru mengadakan perombakan atas sistem pemerintahan dalam negeri. Bentuk negara diubah menjadi republik, kemudian diadakan serangan besar-besaran terhadap Jerman. Sayangnya, serangan tersebut gagal sama sekali. Rakyat yang jenuh pada peperangan kehilangan kepercayaan pada pemerintahan Mensheviks. Memanfaatkan keadaan ini, kaum Bolsheviks tampil ke muka & memberi janji-janji kedamaian serta pembagian bahan makanan & tanah kepada rakyat.

b. Revolusi Oktober 1917 (Revolusi Komunis)
Pada tanggal 10 April 1917, Lenin kembali ke Rusia dari perantauannya ke Jerman, Prancis, Inggris, Austria, & Swiss sejak 1907. Pada tahun yang sama, Leon Trotsky (Bronstein) tiba di Rusia dari Amerika. Kedua orang ini lalu menjadi motor penggerak kaum Bolsheviks yang berpaham komunis di Rusia. Ketika kaum Kadet & Mensheviks bergulat dengan revolusi cara mereka, gerakan bawah tanah kaum Bolsheviks secara diam-diam mempersiapkan revolusinya sendiri. Mereka membentuk pemerintahan sendiri, tentara sendiri (yang disebut Pasukan Merah), & menyebarkan propaganda antipemerintah borjuis. Pada saat pemerintahan Mensheviks kehilangan kepercayaan rakyat, kaum Bolsheviks memanfaatkannya dengan segera merangkul rakyat. Mereka menganjurkan para petani agar membagi-bagikan tanah & menganjurkan para buruh untuk menyita pabrik-pabrik. Pendekatan ini mendapat dukungan & simpati dari rakyat. Dimulailah revolusi kedua ala Bolsheviks. Revolusi kedua ini dimulai dari Petrograd lagi. Tentara & angkatan laut di Petrograd memihak Lenin, disusul dukungan dari tentara-tentara Difron.
Pada tanggal 25 Oktober 1917, pemerintahan Mensheviks digulingkan & kaum Bolsheviks mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Setelah itu, segera diadakan perubahan-perubahan besar.
  1. Diadakan perundingan perdamaian dengan Jerman yang melahirkan perjanjian perdamaian Brest Litovsk (1918).
  2. Segala utang piutang pemerintah Tsar dihapuskan & bank dimonopoli negara.
  3. Tanah dibagi-bagikan kepada petani & buruh menyita pabrik-pabrik.
  4. Bahan makanan dikerahkan & dibagi-bagikan kepada rakyat. Revolusi yang kedua ini berjalan & berhasil dengan baik, sehingga kaum Bolsheviks mendapat kedudukan yang kuat.
Intervensi negara-negara asing (1918)
Setelah kaum Bolsheviks memegang pemerintahan Rusia, para pengikut Tsar yang masih setia berusaha melakukan pemberontakan. Mereka menyebut dirinya kaum Rusia Putih (lawan dari kaum Bolsheviks yang disebut kaum Rusia Merah/Komunis). Mereka dipimpin oleh Jenderal Denikin & Wrangel. Sekutu (Inggris, Amerika Serikat, Prancis, & lain-lain) segera memihak kaum Rusia Putih, tidak semata-mata karena mereka antikomunis, melainkan juga dikarenakan adanya kekhawatiran menghadapi penghentian perang antara Rusia & Jerman. Inggris, Amerika Serikat, & Prancis menyerbu Rusia dari arah timur (Vladivostok), utara (Murmansk), barat (Estonia & Turki), & selatan (Laut Kaspia). Akan tetapi karena front-front negera-negara pengintervensi ini terpisahpisah jauh & kurang sekali adanya koordinasi antara front-front tersebut, intervensi ini gagal. Kaum Rusia Putih rontok & lebur. Sekeluarnya dari perang saudara antara Rusia Putih & Rusia Merah, kaum Bolsheviks menjadi semakin kuat & bersatu.
Akibat-akibat Revolusi Komunis 1917

Revolusi yang dilakukan kaum Bolsheviks membawa akibat;
  1. Dihapuskannya pemerintahan Tsar yang kolot untuk selamanya. Pemerintahan diubah dengan sistem satu partai (pemerintahan dipegang oleh satu partai). Cobalah bandingkan dengan sistem satu partai di Jerman (Hitler dengan NAZI-nya) & di Italia (Mussolini dengan fasismenya).
  2. Timbulnya demokrasi Soviet sebagai lawan dari demokrasi liberal. Demokrasi liberal / parlementer dianggap Lenin kurang demokratis sebab biasanya parlemen diduduki oleh orang-orang dari kelas menengah ke atas, sementara rakyat jelata tidak tahu apaapa. Lenin lebih suka membentuk dewan-dewan rakyat (Soviet) yang mewakili suara masyarakat terbawah. Dewan-dewan rakyat ini kemudian akan memilih di antara mereka untuk menjadi wakil dalam dewan rakyat yang lebih tinggi. Mekanisme yang sama berlanjut hingga ke tingkat paling tinggi.
  3. Modernisasi Rusia maju dengan pesat, terutama dalam bidang industri & pertanian. Dalam kurun waktu lebih kurang 40 tahun, Rusia mulai dapat menyamai negara-negara industri lainnya di Eropa Barat & Amerika.
  4. Meluasnya komunisme di seluruh dunia. Hingga kini komunisme menjadi factor kekuatan politik dunia yang perlu diperhitungkan.
Pemerintahan Lenin (1917 – 1924)
Selama masa pemerintahan Lenin, terjadi hal-hal sebagai berikut;
  1. Pembentukan komintern (Komunis Internasional). Pada 1919 dibentuk Komintern yang bertugas memimpin partai-partai komunis di seluruh dunia. Komintern dilebur pada 1947 karena berbau imperialism Rusia & digantikan oleh Cominform (Communist Information) yang merupakan pusat propaganda komunisme di seluruh dunia.
  2. Pembentukan Uni Soviet. Sebelum 1922, Rusia terdiri dari beberapa negara kecil yang bersatu di bawah bendera Federasi Republik-Republik Soviet Sosialis Rusia (FRSSR). Pada 1922, federasi ini diubah menjadi uni & disebut Uni Republik-Republik Soviet / Union of Soviet Socialist Republics (USSR). Kekuasaan pemerintahan terpusat pada pemerintahan pusat.
  3. Sistem perekonomian komunis. Ketika Lenin memegang pemerintahan, Rusia hendak disusun menjadi seratus persen komunis. Semua hasil produksi, baik industri maupun pertanian, harus diserahkan kepada negara. Nantinya negara yang akan membagi-bagikannya dengan adil. Akan tetapi, para petani kaya (kulak) menolak menyerahkan segala hasil buminya kepada negara. 
  4. Para petani juga tidak mau menanam lebih dari apa yang mereka butuhkan untuk hidup sebab sebanyak apa pun mereka menanam, hasil yang mereka dapatkan sama saja. Akibatnya, pertanian menjadi kacau & bahaya kelaparan mengancam. Pada 1921, Lenin mengubah kebijakan ekonominya & menggantinya dengan NEP (New Economical Policy) di mana hasil bumi boleh dijual dengam bebas. Namun, untuk menyaingi sistem pertanian bebas yang dipraktikkan para kulak, diadakan pula pertanian kolektif (kolkhoz) & pertanian negara (sovkhoz) untuk menyaingi pertanian bebas dari para kulak. NEP ini terbukti berjalan dengan baik. Para kulak makin terdesak & semakin banyak petani yang menggabungkan diri dalam kolkhoz. Lenin meninggal dunia pada 1924. Jenazahnya dimakamkan di dekat Kremlin dalam sebuah musoleum (makam yang indah) di mana setiap tahun rakyat Rusia dapat melihat wajah "Bapak Komunisme Rusia".
Keadaan dalam negeri usai pemerintahan Lenin
Dua orang calon pengganti Lenin, Stalin & Trotsky memiliki pemahaman yang berbeda mengenai komunisme. Trotsky bermaksud mengobarkan revolusi dunia untuk menciptakan masyarakat komunis di seluruh dunia. Baginya, kaum buruh lebih penting daripada kaum lainnya. Adapun Stalin berkehendak untuk memperkukuh dahulu komunisme di Rusia sebelum meluaskan paham itu ke seluruh dunia. Baginya, buruh & kaum tani sama pentingnya. Stalin mengizinkan kaum komunis menggunakan modal asing & ahli-ahli ilmu pengetahuan dari negara-negara kapitalis untuk mencapai tujuannya. Salah satu contoh adalah dibuatnya perjanjian Prancis–Rusia pada 1923. Kebijakan Stalin memperoleh dukungan luas, sehingga ia dipilih menjadi pemimpin Uni Soviet menggantikan Lenin. Trotsky dibuang ke luar Rusia & kemudian dibunuh di Meksiko (1940).

Stalin meneruskan politik ekonomi Lenin sampai 1927. Kemudian, ia menyusun Rencana 5 Tahun untuk mengembangkan perekonomian Rusia. Rencana 5 Tahun yang pertama (1927 – 1932) adalah industrialisasi Rusia secara besar-besaran & modernisasi pertanian. Rencana ini nampaknya berjalan dengan baik, disusul dengan ditiadakannya kulak & mengubah seluruh sistem pertanian menjadi kolkhoz & sovkhoz. Rencana 5 Tahun yang kedua (1932 – 1937) dibuat untuk menyempurnakan yang pertama.

Pemerintahan Stalin merupakan pemerintahan yang otoriter. Ia bercita-cita menjadi penguasa mutlak. Rasa rendah diri menyebabkan Stalin selalu curiga kepada siapa pun. Stalin dapat berkuasa mutlak di Rusia karena sifatnya yang licik, penuh tipu daya, serta tega mempecundangi lawan-lawan politiknya. Ia meninggal pada 16 Maret 1953. Ia tidak menunjuk pengganti, sehingga timbullah persaingan antara Nikita Khrushchev & Leonid Brezhnev. Khrushchev keluar sebagai pemenang, namun digulingkan pada 1964.

Salah satu peristiwa mencolok selama karir Khrushchev adalah kritiknya yang menyerang Stalin dalam pidato yang disampaikannya pada Kongres Partai Komunis ke- 20 pada 1956. Pidatonya ini tidak diterbitkan di Uni Soviet sehingga disebut "pidato rahasia". Kritik tersebut diikuti kampanye anti-Stalin, pencabutan gambar-gambar & patung Stalin, serta dikeluarkannya jenazah Stalin dari dalam musoleum di Lapangan Merah untuk dimakamkan di pemakaman umum. Konstitusi Stalin 1936 digantinya dengan konstitusi baru (1977). Isinya yang pokok adalah rakyat boleh menyuarakan pendapatnya secara bebas.

Dampak Revolusi Rusia
Revolusi Rusia yang dimenangkan oleh kaum komunis radikal (Bolshevik) berdampak pada meluasnya paham komunisme di dunia. Negara-negara dunia ketiga yang pada saat itu masih dijajah bangsa lain dengan segera mengadopsinya. Juga negara-negara yang baru terbentuk & negara-negara yang rakyatnya telah bosan hidup dalam kekangan feodalisme penguasa.

Dampak Revolusi itu, terhadap Indonesia
Paham baru itu nampak dengan cepat menjalar ke Indonesia yang pada saat itu tengah menghidupkan organisasi-organisasi pergerakan ke arah kemerdekaan. Organisasi-organisasi yang menganutnya juga bersikap radikal (nonkooperatif) terhadap Belanda, bahkan di kemudian hari jelas-jelas melakukan pemberontakan. Sebagai contoh yakni ISDV yang setelah Indonesia merdeka mengubah nama menjadi PKI.

Demikianlah ulasan mengenai Revolusi Rusia, yang pada kesempatan ini dapat dibahas disini. Semoga ulasan di atas bemanfaat bagi pengunjung & pembaca. Cukup sekian & sampai jumpa!!!
*Rajinlah belajar, demi Bangsa & Negaramu!!!