Rabu, 15 April 2020

Teori Kepemimpinan Dari Maxwell

Pengertian Kepemimpinan Menurut Maxwell
Kepemimpinan adalah pengaruh tidak lebih yakni kemampuan memperoleh pengikut. Maxwell menyimpulkan bahwa setiap orang masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. Itu berarti bahwa semua orang memimpin dalam beberapa bidang, sementara dalam bidang lain seseorang dipimpin. Pengaruh dapat dikembangkan, ada beberapa tingkat kepemimpinan yang dapat membantu menaikkan tingkat pengaruh seseorang yaitu :
a. Tingkat kedudukan
Ini adalah tingkat kepemimpinan awal yang mendasar. Di mana pengaruh yang dimiliki dibawa oleh jabatan. Hal ini tidak negatif kecuali kalau semuanya menjadi landasan untuk wewenang dan pengaruh, tetapi itu merupakan pengganti keahlian kepemimpinan yang buruk. Seseorang mungkin berada pada posisi “yang mengendalikan” karena diangkat ke
suatu kedudukan. Kepemimpinan yang sesungguhnya lebih dari hanya memiliki wewenang tetapi menjadi orang yang diikuti orang lain dengan senang hati dan penuh keyakinan (Maxwell.1995:5).
b. Tingkat izin
Kepemimpinan dapat membuat orang lain bekerja tanpa diwajibkan. Hal ini terjadi kalau seseorang naik ke tingkat pengaruh yang kedua. Orang tidak peduli seberapa banyak yang pemimpin ketahui sampai orang tahu seberapa besar pemimpin peduli. Kepemimpinan dimulai dengan hati, bukan hanya dengan kepala. Seseorang yang berada di tingkat “izin” akan memimpin dengan saling berhubungan antara atasan dan bawahan (Maxwell.1995:7).
c. Tingkat produksi
Pada tingkat ini segala hal mulai terjadi (hal-hal yang baik; seperti keuntungan meningkat, moral tinggi, keluarnya karyawan rendah, kebutuhan terpenuhi, masalah terpecahkan minimum). Pada tingkat 2 orang berkumpul hanya untuk berkumpul, tidak ada tujuan lain, pada tingkat 3 orang berkumpul untuk mencapai tujuan (Maxwell.1995:8).
d. Tingkat pengembangan manusia
Salah satu tanggungjawab utama seorang pemimpin adalah mengembangkan orang lain untuk melakukan pekerjaan. Seorang pemimpin hebat bukan hanya kekuasaan saja, tetapi karena kemampuannya memberikan kekuatan kepada orang lain. Loyalitas kepada pemimpin mencapai puncak tertinggi ketika pengikut secara pribadi tumbuh melalui bimbingan si pemimpin. Pemimpin merebut hati pengikutnya dengan membantu bawahan tumbuh secara pribadi (Maxwell.1995:10).
e. Tingkat kemampuan menguasai pribadi
“Para pemimpin pada umumnya belum sampai di tingkat ini, hanya kepemimpinan yang terbukti sepanjang hidup akan membuat seseorang berada di tingkat 5 dan meraih penghargaan yang memuaskan selamanya. (biasanya orang yang berada ditingkat ini adalah seorang negarawan/ konsultan)” (Maxwell.1995:11).
Jadi bila seseorang tidak dapat mempengaruhi orang lain, maka orang lain tidak mengikutinya. Bila orang lain tidak mengikutinya berarti orang tersebut bukanlah seorang pemimpin.
Menurut Maxwell kepemimpinan itu berkembang setiap hari. Kemampuan memimpin bukan hanya suatu bakat sejak lahir, tetapi sesungguhnya merupakan kumpulan dari berbagai ketrampilan, yang hampir seluruhnya dapat dipelajari serta ditingkatkan. Namun diperlukan suatu proses yang tidak terjadi hanya dalam semalam, karena aspek kepemimpinan sangat banyak : kehormatan, pengalaman, kekuatan, emosional, ketrampilan membina hubungan dengan sesama, disiplin, visi, dan sebagainya. Maxwell mengatakan bahwa pemimpin yang sukses adalah orang yang belajar, dimana proses belajarnya berkelanjutan, sebagai hasil dari disiplin pribadi dan ketekunan. Jadi kepemimpinan berjalan dari hari ke hari dimana sasaran setiap harinya haruslah menjadi sedikit lebih baik atau membangun di atas kemajuan hari sebelumnya (Maxwell.2001:65).

Jadi setiap orang yang ingin menjadi pemimpin harus melalui proses karena kepemimpinan tidak dapat terjadi hanya dalam sekejap. Kepemimpinan tidaklah berkembang dalam satu hari melainkan seumur hidup.
Kualitas kepemimpinan
Dari sekian banyak kualitas kepemimpinan menurut Maxwell hanya dipilih 14 kualitas kepemimpinan dengan alasan 14 kualitas ini secara umum dirasa penting dan perlu ada dalam diri seorang pemimpin :
1 Kepercayaan
Orang akan percaya kepada sang pemimpin dulu, baru kepada visinya. Banyak orang yang terbalik pendekatannya, di mana orang percaya bahwa jika tujuannya cukup baik, maka otomatis akan percaya dan mengikutinya. Namun cara kerja kepemimpinan yang sesungguhnya yaitu orang akan mengikuti pemimpin yang dapat dipercaya, yang melontarkan tujuan-tujuan yang layak. Contoh : “sering kali para investor tidak peduli, apa visi sang usahawan. Jika investor percaya kepada orangnya maka otomatis akan menerima semua gagasannya” (Maxwell.2001:256).
Kepemimpinan dan visi selalu berjalan seiring dan tidak mungkin dipisahkan. Jika para pengikut tidak suka pemimpinnya atau visinya, pengikut akan mencari pemimpin lain, sedangkan jika para pengikut tidak suka pemimpinnya namun suka visinya, pengikut tetap akan mencari pemimpin lain. Sekalipun orang menganggap suatu tujuan itu baik, namun jika tidak suka pemimpinnya, maka akan mencari pemimpin lain. Jika para pengikut suka kepada pemimpinnya namun tidak suka visinya, pengikut akan ubah visinya. Sekalipun
orang tidak suka visi seorang pemimpin, jika sudah percaya kepada sang pemimpin, pengikut akan terus mengikutinya. Jika para pengikut suka kepada pemimpin dan visinya, pengikut akan mendukung keduanya. Dalam kondisi ini pengikut akan mengikuti pemimpin seberapa buruk apa pun kondisinya (Maxwell.2001:259-261). Visi yang hebat tidaklah cukup. Tapi seseorang harus menjadi pemimpin yang baik dan dapat dipercaya terlebih dahulu, maka orang-orang akan mengikutinya.
Kepercayaan adalah landasan dari kepemimpinan (Maxwell.2001:115). Untuk membangun kepercayaan, seorang pemimpin harus memberikan teladan dalam kemampuan, koneksi, dan karakter. Kekeliruan berdasarkan kemampuan dapat dimaafkan jika pemimpin masih dalam tahap pertumbuhan. Namun pengikut tidak akan percaya kepada seseorang yang telah gagal dalam karakter. Karakter memungkinkan terjadinya kepercayaan, dan kepercayaan memungkinkan terjadinya kepemimpinan (Maxwell.2001:122). Setiap kali seseorang memimpin itu berarti para bawahan menyetujui untuk menempuh perjalanan bersama pemimpinnya, dimana perjalanan itu akan ditentukan oleh karakter. Dengan karakter yang baik, semakin panjang perjalanannya, semakin baik tampaknya. Namun jika karakter seorang pemimpin cacat, semakin panjang perjalanannya dan semakin buruk jadinya. Karakter mengkomunikasikan banyak hal di antaranya mengkomunikasikan konsistensi.
Para pemimpin yang tidak memiliki kekuatan karakter tidak dapat diandalkan hari demi hari karena kemampuannya terus berubah-ubah. Jika orang-orang tidak dapat menerka sikap pemimpin, suatu saat akan mencari pemimpin yang lain. Cacat karakter yang dimiliki oleh pemimpin yang gagal itu akan dapat menghancurkan landasan kepemimpinannya. Karakter juga mengkomunikasikan potensi, jika karakter seorang pemimpin itu kuat orang akan percaya kepadanya dan akan percaya kepada kemampuannya untuk memaksimalkan potensinya.
Karakter mengkomunikasikan kehormatan, orang tidak akan mengikuti orang lain karena kebetulan. Secara umum para pengikut akan tertarik kepada orang-orang yang lebih kuat kepemimpinannya daripada dirinya sendiri. Seseorang akan mengikuti individu-individu yang kepemimpinannya dihormati. Seorang pemimpin dapat memperoleh kehormatan dengan mengambil keputusan-keputusan yang mantap, mengakui kekeliruan-kekeliruan dan mendahulukan kepentingan para pengikut serta organisasinya daripada diri sendiri. Dengan memberikan nilai tambah kepada hidup para pengikut maka dengan sendirinya orang akan menghormati sang pemimpin (Maxwell.2001:121-128).
Jadi karakter yang baik dari seorang pemimpin membangun kepercayaan di antara para pengikutnya. Karena para pengikut akan mengikuti orang-orang yang dapat dipercaya dan dianggap lebih kuat dari dirinya sendiri. ketika orang-orang percaya kepada sang pemimpin maka pengikut juga akan menghormatinya dan juga secara otomatis akan mendukung dan mengikuti apa yang menjadi visi dari sang pemimpin. Namun jika seorang pemimpin melanggar kepercayaan yang telah dibangun tersebut, maka kemampuan memimpinnya akan lenyap. Karena seperti yang dikatakan di atas bahwa orang akan mengikuti sang pemimpin jika pengikut percaya pada pemimpinnya, kemudian barulah pengikut bersedia untuk mengikuti visi pemimpin dan berjalan bersama pemimpin untuk mencapai visi tersebut.

2 Sikap
“Sikap bukanlah asset yang menjadikan diri seseorang menjadi pemimpin besar, tetapi tanpa sikap yang baik seseorang tidak akan bisa mencapai potensi sepenuhnya” (Maxwell.1995:102). Setiap orang dalam pekerjaannya pernah mengalami saat-saat ketika perasaan menjadi tidak enak. Sikap seseorang tidak dapat menghentikan perasaannya, tetapi sikap bisa menjaga agar perasaan tidak menghentikan seseorang (Maxwell.1995:104). Sikap seorang pemimpin ditangkap oleh pengikutnya lebih cepat daripada tindakannya. Salah satu sikap yang baik bagi seorang pemimpin adalah bagaimana memiliki pandangan, pikiran dan sikap yang positif dalam menghadapi hidup ini. Sikap positif tidak hanya menentukan tingkat kecukupan diri sebagai seorang individu, melainkan berdampak pada bagaimana orang lain berinteraksi dengan dirinya. “Ketika otak dijarah dengan pemikiran negatif, kemungkinan seseorang untuk mendapatkan sukses jangka
panjang lenyap karena harapan dan semangat tidak ada, cepat atau lambat sikap akan menyeret diri ke bawah” (Maxwell.1995:105). Seorang pemimpin bisa mencapai tujuan kalau menetapkannya, dengan tidak mempedulikan apa yang dikatakan orang lain. Jika pemimpin mengatakan bisa berarti pasti bisa. Dengan pikiran dan sikap positif seorang pemimpin dapat lebih tangguh, lebih baik, dan lebih bekerja keras. Sebagai seorang pemimpin penting sekali memiliki sikap yang baik yang dapat dilihat oleh pengikutnya, karena hal itu dengan sendirinya akan menjadi daya tarik dari seorang pemimpin. Di dalam kebanyakan situasi pemimpin menarik orang-orang yang memiliki kualitas yang sama dengan dirinya. Orang-orang yang didapatkan oleh sang pemimpin bukanlah ditentukan oleh apa yang diinginkannya, melainkan oleh siapa pemimpin itu sendiri, itulah hukum daya tarik “siapa anda sesungguhnya menentukan siapa yang anda tarik” (Maxwell.2001:169).
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa sikap merupakan pilihan dalam hidup manusia dari hari ke hari. Penting bagi pemimpin untuk memiliki sikap positif karena dengan sikap yang demikian pemimpin akan menjadi lebih tangguh, lebih kuat, dan juga memiliki pikiran yang positif dalam menghadapi persoalan yang dihadapi dan penting untuk diingat bahwa pemimpin pasti mempengaruhi para bawahannya; dengan memiliki sikap yang baik maka pemimpin pun akan menarik orang-orang untuk bersikap baik, demikian pula sebaliknya. Jadi pemimpin secara tidak langsung pasti mempengaruhi bawahannya.

3 Kompetensi
“Adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengatakannya, merencanakannya, dan melakukannya dengan sedemikian rupa sehingga orang lain akan mengetahui bahwa pemimpin mengetahui caranya dan mengetahui bahwa orang lain ingin menjadi pengikutnya” (Maxwell.2001:47).
Ada beberapa cara untuk mengembangkan kompetensi :
a. Perlu ada atau tampil setiap hari
Maksudnya adalah orang yang berkompetensi tinggi tidak hanya muncul secara jasmani, tetapi datang dalam keadaan siap setiap hari bagaimanapun perasaannya, keadaan apapun yang hadapi, atau seberapa sulit pun tantangan yang diperkirakan akan timbul (Maxwell.2001:51).
b. Memperbaiki diri secara berkesinambungan
Semua orang yang berkompetensi tinggi terus mencari cara untuk terus belajar, bertumbuh, serta memperbaiki diri (Maxwell.2001:51).
c. Tindak-lanjutilah dengan sempurna
Hal ini perlu bagi seorang pemimpin karena pemimpin akan cenderung dituntut oleh bawahannya lebih banyak lagi dari yang sebelumnya (Maxwell.2001:52).
d. Mencapai sesuatu lebih dari yang diharapkan
Orang yang berkompetensi tinggi selalu menempuh jarak ekstra. Pemimpin perlu untuk melakukan tugasnya serta lebih banyak lagi, hari demi hari (Maxwell.2001:52).
e. Memberi inspirasi kepada orang lain.
Para pemimpin berkompetensi tinggi melakukan lebih dari sekedar berprestasi tinggi. pemimpin menginspirasikan serta memotivasi orang untuk melakukan hal yang sama. Pemimpin yang efektif memadukan ketrampilan dengan kompetensi yang tinggi untuk membawa organisasinya ke tingkat kesempurnaan (Maxwell.2001:53).
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kompetensi perlu dimiliki oleh setiap pemimpin dimana kompetensi merupakan kemampuan pemimpin yang lebih dari sekedar kata-kata tetapi juga kemampuan untuk merencanakannya dan melakukannya sehingga pemimpin memperoleh kepercayaan dari pengikutnya.

4 Komitmen pemimpin
Jika seseorang ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, pemimpin harus memiliki komitmen. Komitmen menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang memiliki keyakinan. Komitmen memiki 3 sifat:
a. Komitmen dimulai di dalam hati
Jika seseorang ingin membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain orang tersebut harus terlebih dahulu memeriksa hatinya apakah sudah benar-benar berkomitmen (Maxwell.2001:31).
b. Komitmen diuji oleh perbuatan.
Satu-satunya ukuran sejati dari komitmen adalah perbuatan. Jadikomitmen harus diiringi oleh perbuatan (Maxwell.2001:32).
c. Komitmen membuka pintu menuju prestasi.
Komitmen berlawanan dengan penolakan, karena komitmen adalah janji serius untuk terus maju dan untuk bangkit. Jadi jika seseorang ingin mencapai suatu tujuan maka harus punya komitmen (Maxwell.2001:33).
Tipe pengecut tidak memiliki sasaran dan tidak punya komitmen. Sedangkan tipe peragu tidak tahu apakah dapat mencapai sasarannya sehingga seseorang takut membuat komitmen. Tipe penyerah mulai menuju suatu sasaran namun segera menyerah jika menemui hambatan. Sedangkan tipe orang yang mati-matian, orang tersebut menetapkan sasaran dan berkomitmen untuk mencapainya dan membayar harga untuk mencapainya. Itulah 4 jenis tipe orang dalam komitmen. Oleh karena itu di butuhkan pengorbanan. Pengorbanan adalah sesuatu yang konstan dalam kepemimpinan, merupakan proses yang berkelanjutan bukan pengorbanan yang sekali bayar, selalu ada harga yang harus dibayar demi mancapai kemajuan atau peningkatan. Semakin tinggi kepemimpinan semakin besar pengorbanan yang akan diberikannya (Maxwell.2001:36).
Jadi sebenarnya kepemimpinan menuntut perubahan, perbaikan, serta pengorbanan yang berkelanjutan demi peningkatan seseorang harus rela berkorban. Itulah sifat sesungguhnya dari kepemimpinan. Oleh karena itu diperlukan komitmen dari seorang pemimpin untuk mencapai tujuannya. Sebab tanpa komitmen seorang pemimpin akan berhenti di perjalanannya apabila menemui kesulitan.

5 Integritas
“Integritas memiliki pengertian kata-kata dan perbuatan seseorang sesuai, tanpa memperdulikan siapa dirinya, dimana berada, dan bersama siapa” (Maxwell.1995:37). Integritas bukanlah apa yang dilakukan melainkan lebih kepada siapa diri sebenarnya pada akhirnya akan menetapkan apa yang dilakukan. Integritas membantu seseorang mengambil keputusan antara apa yang ingin dilakukan dan apa yang harus dilakukan. Integritas menetapkan siapa dirinya dan bagaimana orang tersebut akan memberikan tanggapan bahkan sebelum konflik muncul. Integritas menentukan apa yang dikatakan, dipikirkan, dan dilakukan ke dalam diri yang utuh sehingga izin tidak pernah diberikan bagi salah satu diantaranya yang tidak sesuai (Maxwell.1995:38). Orang yang berintegritas akan konsisten, dimana orang tersebut dapat menetapkan sebelumnya akan menjadi apa dirinya tidak peduli bagaimana keadaannya. Contoh : pemimpin mengatakan pada
karyawan “datanglah ke pekerjaan pada waktunya”. Pemimpin datang ke pekerjaan pada waktunya maka hasilnya karyawan akan datang pada waktunya. Tetapi jika terjadi sebaliknya, dimana pemimpin mengatakan kepada karyawan “datanglah ke pekerjaan pada waktunya”. Tetapi pemimpin datang ke pekerjaan terlambat maka hasilnya beberapa karyawan akan datang pada waktunya, lainnya tidak (Maxwell.1995:39)
Namun pada kenyataannya pemimpin berusaha memotivasi pengikut dengan sarana yang dangkal padahal yang diperlukan orang bukanlah motto untuk dikatakan, melainkan teladan untuk dilihat.
Berikut ini beberapa alasan mengapa integritas begitu penting :
a. Integritas membina kepercayaan
Dengan integritas yang ditemukan dalam diri seorang pemimpin yang bukan hanya kata-kata belaka tetapi juga disertai tindakan akan menumbuhkan kepercayaan dalam diri pengikutnya (Maxwell.1995:41).
b. Integritas punya nilai pengaruh tinggi.
Integritas merupakan kualitas manusia yang diperlukan untuk sukses bisnis. Dengan integritas yang dipunyai oleh seorang pemimpin akan memperbesar pengaruhnya, karena pengikut melihat adanya sesuatu yang bisa dipercayai dalam diri pemimpin (Maxwell.1995 :42).
c. Integritas memudahkan standar tinggi.
Pemimpin harus hidup dengan standar yang lebih tinggi daripada pengikutnya. Dengan adanya watak yang baik (integritas) memungkinkan pemimpin untuk melaksanakan semua tanggung jawabnya, kalau watak seorang pemimpin rendah, maka standarnya pun rendah (Maxwell.1995:43).
d. Integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya citra.
Citra adalah apa yang dipikirkan orang lain tentang diri seseorang. Integritas adalah apa diri seseorang yang sesungguhnya. Kadang-kadang kehidupan menjepit seseorang pada saat-saat mengalami tekanan seperti itu, apa yang ada di dalamnya akan ketahuan, dengan demikian akan menentukan bagaimana reputasi seseorang (Maxwell.1995:44).
e. Integritas berarti menghayati diri sebelum memimpin orang lain.
Sebelum memimpin orang lain seorang pemimpin harus menghayati dirinya sendiri, karena pemimpin tidak bisa memimpin siapa pun lainnya lebih jauh daripada tempat pemimpin sendiri berada. Oleh karena itu perlu dipastikan apakah pemimpin sudah memiliki integritas terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain karena orang akan cenderung mengikuti pemimpin (Maxwell.1995:45).
f. Integritas membantu seorang pemimpin dipercaya bukan hanya pintar.
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa pemimpin sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya. Kepemimpinan yang efektif tidak hanya berdasarkan sifat pintar, tetapi juga berdasarkan sikap konsisten (Maxwell.1995:46).
g. Integritas adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah.
Integritas bukan sebuah faktor yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah hasil dari disiplin pribadi, kepercayaan batin, dan keputusan untuk jujur sepenuhnya dalam segala situasi dalam kehidupan pemimpin. Untuk memperoleh integritas diperlukan suatu proses yang terus berlangsung (Maxwell.1995:47). Dari uraian di atas dapat dilihat pentingnya integritas sabagai karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin karena integritas mengandung pengertian apa yang dikatakan pemimpin itu juga yang harus diperbuatnya. Sehingga pemimpin dapat memberi teladan kepada para pengikutnya.

6 Prioritas
Menentukan prioritas adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh para pemimpin, baik memimpin kelompok kecil, menjalankan sebuah organsisasi atau menjalankan sebuah usaha kecil. Untuk menentukan prioritas, Maxwell mengajarkan prinsip Pareto yang mengatakan jika seorang pemimpin memfokuskan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang masuk kategori 20% paling penting, pemimpin tersebut akan mendapatkan hasil sebesar 80% dari upaya tersebut. Misalnya jika seorang pemimpin mempunyai 10 karyawan, seharusnya pemimpin tersebut memberikan 80% waktu serta perhatiannya kepada 2 karyawan terbaik dalam usahanya (Maxwell.2001:304) Jadi jika seorang pemimpin ingin menjadi efektif, maka perlu bekerja menurut hukum prioritas karena memungkinkan untuk meningkatkan fokus pemimpin untuk mencapai tujuan sambil mengurangi jumlah kegiatan yang bisa didelegasikan kepada bawahannya.

7 Semangat Yang Tinggi
Perlu bagi pemimpin untuk memiliki semangat karena banyak orang yang tampaknya biasa-biasa saja tetapi dapat mencapai hal yang besar, dan hal ini dikarenakan adanya semangat yang tinggi untuk mencapai tujuan. Berikut ini beberapa manfaat semangat bagi seorang pemimpin:
a) Semangat merupakan langkah pertama menuju prestasi.
Hasrat yang lemah akan mendatangkan hasil yang lemah. Semakin besar semangat, maka hasrat pun semakin besar sehingga potensi seorang pemimpin semakin besar (Maxwell.2001:121)
b) Semangat meningkatkan kehendak
Semangat adalah bahan bakar pendorong kemauan. Jika seseorang menginginkan sesuatu, tentunya memiliki kemauan untuk mencapainya. Satu-satunya cara untuk memiliki hasrat seperti itu adalah dengan mengembangkan semangat. (Maxwell.2001:122)
c) Semangat mengubah seseorang
Semangat dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memberi dampak kepada orang lain, dan akhirnya semangat yang akan lebih mempengaruhi daripada kepribadian. (Maxwell.2001:122)
d) Semangat menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin
Seorang pemimpin yang memiliki semangat besar dan sedikit ketrampilan selalu lebih unggul daripada pemimpin yang memiliki ketrampilan besar namun tidak bersemangat. Itulah sebabnya mengapa para pemimpin yang bersemangat terlihat begitu efektif. (Maxwell.2001:122)
Jika seseorang tidak penuh dengan semangat, ia akan mengalami masalah sebagai pemimpin, karena seseorang tidak akan pernah dapat memimpin sesuatu yang tidak dipedulikan dengan penuh semangat. Seseorang tidak mungkin memberikan semangat dalam organisasi kecuali kalau orang tersebut memiliki semangat dalam dirinya.

8 Kepelayanan
“Kepelayanan bukanlah soal posisi atau ketrampilan, melainkan soal sikap” (Maxwell.2001:190). Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang melayani kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Pemimpin akan sengaja mencari tahu akan kebutuhan orang lain serta dengan sengaja menawarkan diri untuk membantu dengan dasar kasih yang menganggap bahwa kepentingan orang lain itu penting.
Pemimpin-pemimpin besar lebih melihat kebutuhan orang lain lalu mengambil kesempatan itu dan melayani tanpa mengharapkan balasannya. Ketika pemimpin melayani, pemimpin tidak memfokuskan diri pada pangkat atau posisinya, tapi justru posisinya sebagai pemimpin itulah yang memberinya rasa tanggungjawab yang besar untuk melayani. Pelayanan tidak bermotifkan promosi diri, melainkan di dorong oleh kasih, dan pengaruh seorang pemimpin tergantung pada seberapa dalam pemimpin mementingkan orang lain. Memang benar bahwa setiap orang yang ingin menjadi besar harus menjadi yang terkecil dan melayani yang lainnya, jika seorang ingin memimpin di tingkatan tertinggi maka harus bersedia untuk melayani di tingkatan yang terendah (Maxwell.2001:195) . Dari uraian di atas dapat dilihat kepelayanan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kepemimpinan, karena arti lain dari kepemimpinan juga adalah pelayanan, secara tidak langsung orang yang ingin menjadi besar harus memperhatikan orang yang lebih kecil dan melayaninya.

9 Tanggungjawab
Dalam suatu kesuksesan pasti ditemukan adanya tanggung jawab yang harus dipikul oleh seseorang untuk mencapainya. Para pemimpin yang baik, pasti sadar bahwa siapa dan di mana pemimpin berada adalah tetap harus memiliki tanggungjawab. Pemimpin menghadapi kenyataan hidup apapun dan mengerahkan kemampuan yang terbaik untuk mencapai sukses (Maxwell.2001:160).
“Tak seorangpun dapat melakukan yang minimum dan mencapai potensi yang maksimum” (Maxwell.2001:161). Untuk itu pemimpin yang bertanggung jawab pasti melaksanakan tugasnya dengan bekerja keras, dan untuk membangun kredibilitasnya maka pemimpin membayangkan dirinya bekerja untuk diri sendiri supaya dapat mencapai lebih banyak.
Pemimpin yang bertanggung jawab bersedia melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan oleh organisasi tanpa pernah memprotes bahwa itu bukan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin didorong oleh hasrat untuk mencapai kesempurnaan sehingga pemimpin bekerja keras dan bertanggung jawab untuk mencapainya dan menyelesaikan tugas tersebut dengan efektif (Maxwell.2001:162).
Jadi tanggung jawab harus dimiliki oleh seorang pemimpin karena dengan karakter demikian pemimpin dapat melakukan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuannya.

10 Disiplin Diri
“Tak seorangpun dapat mencapai dan mempertahankan sukses tanpa disiplin diri yang luar biasa” (Maxwell.2001:180). Seorang pemimpin juga tidak dapat mencapai potensi yang maksimal jika harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan hanya jika ia bersemangat, melainkan perlu ada disiplin diri. Inti dari disiplin diri adalah menentukan apa yang benar-benar menjadi prioritas dan kemudian menindaklanjuti hal yang penting tersebut. Disiplin diri tidak dapat hanya dijadikan sesaat, tetapi disiplin diri harus menjadi gaya hidup dari seorang pemimpin dan mengembangkan sistem secara rutinitas, terutama di
berbagai bidang yang penting bagi pertumbuhan serta sukses jangka panjang (Maxwell.2001:181). Seringkali yang membuat seseorang tidak dapat berdisiplin diri adalah karena kecenderungan untuk mencari alasan supaya tidak disiplin, untuk itu seseorang harus dapat menantang dan menghapus kecenderungan untuk mencari alasan. Seorang pemimpin yang memiliki disiplin diri membuat orang lain akan menghormatinya dan mengikutnya. Kedisiplinan merupakan salah satu kriteria untuk menjadi sukses karena arti kedisiplinan sendiri melakukan sesuatu hal secara teratur dan konsisten untuk mencapai tujuan.

11 Hubungan Yang Baik
Sebelum seorang pemimpin minta tolong kepada bawahannya, pemimpin yang efektif tahu bahwa pemimpin harus menyentuh hatinya terlebih dahulu. Namun perlu diingat bahwa sebelum pemimpin dapat menyentuh hati seseorang pemimpin harus mengetahui ada apa di dalam hati orang tersebut (Maxwell.2001:110). Membina hubungan dengan orang lain tidak hanya terjadi jika seorang pemimpin sedang berkomunikasi dengan sekelompok orang, melainkan secara individual jika hubungan dan komunikasi antar individu itu kuat, maka para pengikut dengan tulus ingin menolong sang pemimpin untuk mencapai tujuannya.
Dari membina hubungan dengan orang lain serta memperlihatkan ketulusan dalam membantu orang lain, maka akan mengembangkan kredibilitas seorang pemimpin. Menjalin hubungan yang baik dimulai dari inisiatif pemimpin dan bukan tanggungjawab bawahan. Jika hubungan yang baik telah terjalin maka akan muncul loyalitas yang luar biasa serta etika kerja yang kuat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan dengan memiliki hubungan yang baik dengan para bawahan yaitu dengan menyentuh hati mereka dan mendengarkan mereka dapat menciptakan bawahan yang loyal sehingga komitmen dapat timbul dengan sendirinya dan keuntungan bagi pemimpin dapat menjalin hubungan dengan orang lain serta belajar.

12 Pengertian
“Pengertian dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk menemukan akar persoalan, dan ini tergantung pada intuisi serta nalar” (Maxwell.2001:70). Para pemimpin yang efektif membutuhkan pengertian untuk membantu mengerjakan beberapa hal penting yaitu untuk menemukan akar persoalan. Para pemimpin organisasi pasti menemui persoalan, atau kesulitan setiap harinya. Untuk itu perlu mengandalkan pengertian yang akan memungkinkan seorang pemimpin melihat sebagian gambarannya, melengkapinya secara intuitif, dan menemukan inti persoalan (Maxwell.2001:72). Pengertian juga meningkatkan
kemampuan mengatasi persoalan dengan melihat akar persoalan melalui intuisi. Pengertian dapat mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada. Pengertian bukanlah hanya mengandalkan pada intuisi, atau hanya pada intelektual. Pengertian memungkinkan pemimpin untuk menggunakan firasat sekaligus nalar untuk menemukan pilihan terbaik bagi orang-orangnya serta organisasi (Maxwell.2001:72). Selain itu pengertian juga dapat melipatgandakan kesempatan pada saat yang tepat. Biasanya seorang pemimpin dapat menciptakan keberuntungan karena pengertian dan kesediaan untuk menggunakan pengalaman serta mengikuti nalurinya. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kepemimpinan memerlukan pengertian yang tidak hanya berasal dari informasi tetapi juga memerlukan intuisi dan nalar untuk menemukan akar persoalan.

13 Visi
Visi adalah segalanya bagi seorang pemimpin, karena visilah yang memimpin para pemimpin, melukiskan sasaran, memicu serta membakar semangat, dan mendorong untuk maju. Seorang pemimpin yang tidak memiliki visi takkan kemana-mana, hanya akan berlari ditempat. Visi membuat orang lain mengikuti sang pemimpin (Maxwell.2001:209).
Visi dimulai dari dalam diri seorang pemimpin. Visi timbul dari pengalaman masa lalu seorang pemimpin atau sejarah orang-orang di sekelilingnya. Visi seharusnya memenuhi kebutuhan orang lain, dan visi lebih dari sekedar melibatkan orang lain melainkan juga memberi nilai tambah kepada orang lain. Salah satu keuntungan dari visi adalah menarik dukungan dana serta sumber-sumber lainnya, bersifat menantang dan mempersatukan orang. Jadi dari uraian di atas dapat dilihat bahwa visi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seorang pemimpin tanpa visi, pemimpin tidak akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya karena tidak memiliki tujuan. Visi timbul dalam diri seorang pemimpin dan melibatkan orang banyak dan diharapkan dapat memberi nilai tambah dalam kehidupan orang lain.

14 Pemberdayaan Manusia
Adalah dimana seorang pemimpin membangun bawahannya, memberi mereka sumber-sumber daya, wewenang, serta tanggung jawab, lalu melepaskan mereka untuk mencapainya. “Model kepemimpinan yang memberdayakan akan menjauhkan diri dari kekuasaan atas dasar posisi dimana semua orang diberikan peran kepemimpinan agar dapat berkontribusi sepenuhnya” (Maxwell.2001:227). Hanya orang-orang yang diberdayakanlah yang dapat mencapai potensinya. Seorang pemimpin tidak dapat melakukan segala pekerjaannya sendiri oleh karena itu diperlukan karyawan atau staf (tidak ada yang akan bergerak sebelum anak buah membuatnya bergerak), dengan demikian seorang pemimpin bisa berbagi dan dibantu dalam pelaksanaan impian sebagai pemimpin. Sebagian pemimpin melanggar hukum pemberdayaan:
a. Ingin memiliki kepastian kerja
Seorang pemimpin yang lemah khawatir bahwa jika pemimpin membantu para bawahannya, maka posisinya akan dapat digantikan. Namun sesungguhnya, satu-satunya cara untuk menjadikan diri seseorang tidak tergantikan adalah justru menjadikan diri dapat digantikan. Dengan kata lain, jika pemimpin terus memberdayakan dan membantu orang lain berkembang agar mampu mengambil alih tugas pemimpin maka pemimpin akan menjadi sedemikian berharga bagi organisasi sehingga tidak tergantikan. Itulah paradoks Hukum Pemberdayaan (Maxwell.2001:228).
b. Menolak perubahan
Berdasarkan sifatnya, pemberdayaan itu membawa perubahan terus-menerus karena mendorong orang untuk bertumbuh serta berinovasi, padahal John Steinbeck menyatakan “adalah sifat manusia untuk memprotes terhadap perubahan dengan bertambahnya usia, terutama, perubahan demi kebaikan” (Maxwell.2001:228).
c. Tidak memiliki harga diri
Banyak orang mendapatkan nilai pribadi serta harga dirinya dari pekerjaannya atau posisinya. Ancamlah untuk mengubah salah satunya, maka dapat mengancam harga dirinya. Itulah yang menghambat hukum pemberdayaan (Maxwell.2001:229).
Dari uraian di atas Maxwell menggambarkan bahwa kepemimpinan perlu untuk mengembangkan orang lain, menjadikan orang lain pemimpin-pemimpin baru yang dapat memimpin orang lain. Jika seorang pemimpin dapat melahirkan pemimpin yang sama dengannya atau bahkan lebih besar darinya maka pemimpin memiliki posisi yang tidak dapat tergantikan karena pemimpin telah membantu orang lain mencapai sukses. Kunci dalam memberdayakan orang lain adalah keyakinan yang besar terhadap orang lain. “memperbesar orang lain akan memperbesar anda” itulah dampak hukum pemberdayaan (Maxwell.2001:229)