Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan yang merupakan hasil olahan imajinasi pengarangnya. Dengan membaca cerita fiksi diharapkan bisa mengembangkan kemampuan imajinasi seseorang. Cerita fiksi bisa berbentuk cerpen (cerita pendek), novel, film, dan komik.
Salah satu unsur dalam cerita fiksi adalah urutan peristiwa. Urutan peristiwa adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita. Urutan peristiwa dapat juga diartikan jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.
Pada tulisan ini akan mempelajari sedikit tentang mengidentfikasi urutan peristiwa dalam teksfiksi. Seperti yang dapat anda baca pada teks di bawah ini.
Kamu telah membaca cerita “Bunga Paling Berharga”.
1. Tulislah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada cerita.
2. Tuliskan urutan-urutan peristiwa pada cerita.
Salah satu unsur dalam cerita fiksi adalah urutan peristiwa. Urutan peristiwa adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita. Urutan peristiwa dapat juga diartikan jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.
Pada tulisan ini akan mempelajari sedikit tentang mengidentfikasi urutan peristiwa dalam teksfiksi. Seperti yang dapat anda baca pada teks di bawah ini.
Bunga Paling Berharga
Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan. Hujan jarang turun di desa itu sehingga tidak banyak tetumbuhan. Jangankan bunga-bungaan, semak-semak pun jarang ditemui.
Suatu hari, sebelum berakhirnya pelajaran, Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis. Buku tulis itu halaman-halaman dalamnya berwarna putih dan bersampul merah. Indah sekali.
“Buku tulis itu untuk kalian. Kalian boleh menulis apa saja di dalamnya,” kata Bu Mala.
“Saya mau menuliskan catatan harian di buku ini,” kata Nola.
“Saya mau menggambar wajah setiap orang yang saya temui,” kata Wendi yang hobi menggambar.
“Saya mau membuat herbarium,” kata Makale.
Bu Mala memandang Makale dengan penuh keheranan mendengar ucapan Makale.
“Kamu mau membuat herbarium?” tanya Bu Mala kepada Makale.
“Ya. Seorang pelancong pernah menunjukkan buku herbariumnya kepada saya. Herbarium itu sangat indah,” jawab Makakale.
“Tetapi, untuk membuat herbarium kamu akan membutuhkan banyak daun. Tahukah kamu?” tanya Bu Mala.
Makale menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Atau bunga...”
“Di mana kamu akan mencarinya?” tanya teman-teman Makale.
Makale memandang keluar jendela. Tidak tampak tanaman sama sekali.
“Saya akan mendapatkannya,” kata Makale sambil tersenyum.
Hari berganti hari. Waktu berlalu dengan cepat. Buku tulis merah milik para siswa Bu Mala telah berisi berbagai cerita, gambar, dan foto. Hanya buku tulis Makale yang masih kosong.
Pada suatu hari, sebuah awan hitam berhenti di atas desa tempat tinggal Makale. Tak lama kemudian awan hitam itu mencurahkan hujan yang sangat deras. Benih-benih tumbuhan yang terkubur di dalam tanah tandus desa itu pun tumbuh. Sepetak kebun terbentuk. Bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun itu.
Makale senang. Dipetiknya sekuntum bunga merah. Hanya satu. Kemudian, ditempelkannya bunga itu di dalam buku tulis merahnya. Hari berikutnya, bunga-bunga lainnya telah layu karena terbakar matahari.
Di dalam kelas, Makale berseru dengan gembira.
“Saya sudah membuat herbarium saya, Bu Mala.”
Bu Mala membuka buku tulis merah Makale. Herbarium itu hanya satu halaman. Hanya ada satu bunga di dalamnya. Namun, bunga itu paling berharga di dunia karena hanya mekar sehari dalam setahun.
Disadur dari “52 Dongeng di hari Kamis”; Jakarta: BIP.
Ayo MenulisMakale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan. Hujan jarang turun di desa itu sehingga tidak banyak tetumbuhan. Jangankan bunga-bungaan, semak-semak pun jarang ditemui.
Suatu hari, sebelum berakhirnya pelajaran, Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis. Buku tulis itu halaman-halaman dalamnya berwarna putih dan bersampul merah. Indah sekali.
“Buku tulis itu untuk kalian. Kalian boleh menulis apa saja di dalamnya,” kata Bu Mala.
“Saya mau menuliskan catatan harian di buku ini,” kata Nola.
“Saya mau menggambar wajah setiap orang yang saya temui,” kata Wendi yang hobi menggambar.
“Saya mau membuat herbarium,” kata Makale.
Bu Mala memandang Makale dengan penuh keheranan mendengar ucapan Makale.
“Kamu mau membuat herbarium?” tanya Bu Mala kepada Makale.
“Ya. Seorang pelancong pernah menunjukkan buku herbariumnya kepada saya. Herbarium itu sangat indah,” jawab Makakale.
“Tetapi, untuk membuat herbarium kamu akan membutuhkan banyak daun. Tahukah kamu?” tanya Bu Mala.
Makale menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Atau bunga...”
“Di mana kamu akan mencarinya?” tanya teman-teman Makale.
Makale memandang keluar jendela. Tidak tampak tanaman sama sekali.
“Saya akan mendapatkannya,” kata Makale sambil tersenyum.
Hari berganti hari. Waktu berlalu dengan cepat. Buku tulis merah milik para siswa Bu Mala telah berisi berbagai cerita, gambar, dan foto. Hanya buku tulis Makale yang masih kosong.
Pada suatu hari, sebuah awan hitam berhenti di atas desa tempat tinggal Makale. Tak lama kemudian awan hitam itu mencurahkan hujan yang sangat deras. Benih-benih tumbuhan yang terkubur di dalam tanah tandus desa itu pun tumbuh. Sepetak kebun terbentuk. Bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun itu.
Makale senang. Dipetiknya sekuntum bunga merah. Hanya satu. Kemudian, ditempelkannya bunga itu di dalam buku tulis merahnya. Hari berikutnya, bunga-bunga lainnya telah layu karena terbakar matahari.
Di dalam kelas, Makale berseru dengan gembira.
“Saya sudah membuat herbarium saya, Bu Mala.”
Bu Mala membuka buku tulis merah Makale. Herbarium itu hanya satu halaman. Hanya ada satu bunga di dalamnya. Namun, bunga itu paling berharga di dunia karena hanya mekar sehari dalam setahun.
Disadur dari “52 Dongeng di hari Kamis”; Jakarta: BIP.
Kamu telah membaca cerita “Bunga Paling Berharga”.
1. Tulislah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada cerita.
- Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis.
- Bu Mala heran mendengar makale ingin membuat herbarium.
- Makale yakin akan mendapatkan bunga walaupun daerahnya jarang ada tumbuhan.
- Buku tulis merah milik para siswa telah berisi berbagai cerita, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
- Di daerah Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
- Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku.
- Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya.
- Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia karena hanya mekar sehari dalam setahun.
2. Tuliskan urutan-urutan peristiwa pada cerita.
- Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan.
- Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis.
- Nola ingin menulis catatan harian, Wendi ingin menggambar wajah setiap orang yang ditemui, dan Makale ingin membuat herbarium,
- Bu Mala heran mendengar makale ingin membuat herbarium.
- Makale ingin membuat herbarium karena seorang pelancong menunjukkan buku herbariumnya yang sangat indah.
- Bu Mala memberitahu Makale bahwa untuk membuat herbarium membutuhkan banyak daun.
- Makale tahu bahwa untuk membuat herbarium membutuhkan daun atau bunga.
- Teman-teman Makale menanyakan di mana tempat makale mendapatkan bunga.
- Makale yakin akan mendapatkan bunga walaupun daerahnya jarang ada tumbuhan.
- Waktu berlalu dengan cepat dan buku tulis merah milik para siswa telah berisi berbagai cerita, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
- Pada suatu hari di daerah Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
- Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku.
- Hari berikutnya bunga-bunga di kebun telah layu karena terbakar matahari.
- Makale gembira karena sudah membuat berhasil herbarium dan menunjukannya kepada Bu Mala.
- Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya.
- Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia karena hanya mekar sehari dalam setahun.
Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan sehingga tidak banyak tumbuhan. Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis. Nola ingin menulis catatan harian, Wendi ingin menggambar wajah setiap orang yang ditemui, dan Makale ingin membuat herbarium.
Bu Mala heran mendengar makale ingin membuat herbarium. Ternyata makale ingin membuat herbarium karena seorang pelancong menunjukkan buku herbariumnya yang sangat indah.
Bu Mala memberitahu Makale bahwa untuk membuat herbarium membutuhkan banyak daun. Makale tahu bahwa untuk membuat herbarium membutuhkan daun atau bunga.
Teman-teman Makale menanyakan di mana tempat makale mendapatkan bunga. Makale yakin akan mendapatkan bunga walaupun daerahnya jarang ada tumbuhan.
Waktu berlalu dengan cepat dan buku tulis merah milik para siswa telah berisi berbagai cerita, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
Pada suatu hari di daerah Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku. Hari berikutnya bunga-bunga di kebun telah layu karena terbakar matahari.
Makale gembira karena sudah membuat berhasil herbarium dan menunjukannya kepada Bu Mala. Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya. Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia karena hanya mekar sehari dalam setahun.